Catatan Peternakan #4: Indikator Keberhasilan Pembuatan Pupuk Kompos
Hallo kawan peternakan!
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai indikator keberhasilan pembuatan pupuk kompos. Simak ya!
Apa saja INDIKATOR KEBERHASILAN pembuatan pupuk kompos dari feses sapi?
Secara umum, indikator keberhasilan dalam proses pembuatan pupuk kompos atau proses pengomposan yaitu dilihat dari fisik komposnya. Kompos yang berhasil memiliki warna coklat kehitaman, tekstur remah dan lembut, bau menyengat feses hilang dan berbau seperti tanah, kelembabannya baik, kadar air 50%, serta suhu sekitar 300C. Keberhasilan proses pengomposan tergantung dari beberapa hal, sebagai berikut:
Kadar Air. Kadar air bahan dasar pembuatan pupuk kompos yang baik yaitu sekitar 40% sampai 60%, namun optimalnya dengan kadar air 60%. Kadar air tersebut dikatakan optimal karena pada kadar air tersebut masih mampu memberikan suplai air serta oksigen yang cukup bagi kehidupan mikroorganisme serta mendukung berlangsungnya reaksi kimia pada proses pengomposan. Bahan dasar yang kelebihan kadar air akan menyebabkan keadaan menjadi anaerob serta panas yang dihasilkan pada proses pengomposan menjadi tidak maksimal (rendah). Namun, apabila kekurangan kadar air pada bahan dasar juga akan menyebabkan proses pengomposan menjadi terhambat sehingga dapat berlangsung lebih lama.
Aerasi. Aerasi merupakan proses memasukkan oksigen ke dalam proses pengomposan dengan tujuan agar tercapai kondisi aerob yang dilakukan dengan cara membalik kompos. Terhambatnya proses aerasi akan menyebabkan proses pengomposan lambat, bau tidak sedap, hingga nutrien dari hasil proses dekomposisi hilang.
C/N rasio. Pada proses pembuatan pupuk kompos akan terjadi penurunan rasio C/N. C-organik di dalam bahan organik akan digunakan sebagai sumber makanan mikroorganisme sehingga jumlahnya akan menurun. N-total dalam bahan organik akan meningkat karena proses dekomposisi oleh mikroorganisme akan menghasilkan amonia dan nitrogen sehingga kadar N-total dari kompos akan meningkat. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penurunan C/N rasio. C/N < 30 menyebabkan amonifikasi yang mengurangi nilai N akibat pembentukan NH3, sedangkan C/N > 50 akan menyebabkan proses pengomposan menjadi lebih lama.
Suhu. Pada proses pengomposan, suhu optimumnya yaitu 350C sampai 700C.
pH. Derajat keasaman (pH) pada proses pengomposan akan menurun yang diikuti dengan peningkatan suhu. Hal tersebut akan mempercepat proses dekomposisi. pH optimal proses pengomposan yaitu 5,5 sampai 8.
Ukuran Partikel. Semakin kecil ukuran partikel bahan pembuatan pupuk kompos maka akan memperlancar distribusi aliran udara dan pembasahan komponen penyusun kompos, meningkatkan luas permukaan, serta memberikan kesempatan pada enzim untuk dapat kontak dan mendegradasi substrat.
Semoga bisa menjadi bahan bacaan yang bermanfaat!
Terbuka untuk kritik dan saran yang membangun!
Salam Peternakan!
Komentar
Posting Komentar