Catatan Peternakan #1: Pemanfaatan Limbah Peternakan Menjadi Pupuk Kompos
Hallo kawan peternakan!
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai pemanfaatan limbah peternakan, tepatnya kotoran ternak atau biasa disebut sebagai feses menjadi pupuk kompos. Simak ya!
Dunia peternakan menjadi salah satu usaha yang menjanjikan. Hal tersebut dikarenakan hasil ternak menyumbang peran penting pada pemenuhan kebutuhan nutrisi tubuh, terutama protein hewani. Pada proses pemeliharaan ternak, seperti sapi, tidak bisa dipungkiri akan menghasilkan limbah baik limbah padat maupun limbah cair setiap harinya. Perlu kita ketahui bahwa satu ekor sapi akan menghasilkan kotoran berkisar 8-10 kg/hari atau setara dengan 2,6-3,6 ton/tahun (Huda dan Wikanta, 2017). Limbah tersebut menjadi masalah apabila tidak ditangani dan dikelola dengan baik, karena mampu menimbulkan pencemaran lingkungan serta terganggunya aktivitas masyarakat sekitar kandang akibat limbah tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukannya penanganan dan pengolahan yang tepat terhadap limbah peternakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu pengolahan limbah padat ternak yaitu dengan mengolah menjadi pupuk kompos. Berikut beberapa hal penting mengenai pupuk kompos.
Apa yang dimaksud dengan pupuk kompos?
Pupuk kompos adalah pupuk hasil dekomposisi bahan organik kompleks seperti feses ternak menjadi lebih sederhana dengan pemanfaatan mikroorganisme dan makroorganisme sebagai pengurai. Proses pembuatan pupuk kompos dapat dilakukan secara aerob maupun anaerob (Mangalisu et al., 2022). Proses pengomposan bertujuan untuk mendekomposisi bahan organik yaitu unsur hara yang menyerupai humus tanah dengan rasio C/N yang rendah sehingga menjadi lebih aman untuk digunakan sebagai pupuk tanaman. Pupuk kompos dapat dibuat salah satunya menggunakan kotoran atau feses sapi. Pada feses sapi memiliki C/N rasio sebesar 23,5%. Feses sapi mengandung hemiselulosa 18,6%; selulosa 25,2%; lignin 20,2%; nitrogen 1,67%; fosfat 1,11%; dan kalium 0,56% (Widyasmara et al., 2012).
Mengapa perlu ‘mengolah’ bahan organik seperti feses ternak menjadi pupuk kompos sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman?
Feses ternak seperti sapi menjadi salah satu limbah yang dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman. Padahal perlu kita ketahui, feses ternak merupakan bahan dasar dalam pembuatan pupuk, sehingga perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk untuk tanaman. Berikut merupakan alasan proses dekomposisi bahan organik seperti feses sapi diperlukan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman:
Apabila tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik akan berlangsung secara cepat sehingga mampu mengganggu pertumbuhan tanaman.
Penguraian bahan organik dalam bentuk segar atau tanpa pengolahan hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah.
Struktur bahan organik segar sangat kasar dan daya serap terhadap air sangat kecil, sehingga apabila langsung digunakan sebagai pupuk akan mengakibatkan tanah menjadi sangat remah.
Kotoran sapi yang tidak selalu tersedia apabila diperlukan, sehingga pembuatan pupuk kompos menjadi salah satu cara penyimpanan bahan organik sebelum digunakan sebagai pupuk tanaman (Ratriyanto et al., 2019).
Apa manfaat dari pupuk kompos?
Pupuk kompos memiliki beberapa keunggulan, sebagai berikut:
Ramah Lingkungan. Hal tersebut dikarenakan pupuk kompos menyediakan bahan organik dalam bentuk yang sederhana sehingga aman digunakan untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
Meningkatkan nilai ekonomi. Adanya pengolahan feses ternak menjadi pupuk kompos akan meningkatkan nilai jual sehingga mampu menjadi sumber pendapatan peternak selain dari penjualan ternak.
Meningkatkan kesuburan tanah. Hal tersebut dikarenakan penggunaan pupuk kompos mampu memperbaiki kerusakan fisik pada tanah akibat pemakaian pupuk organik atau kimia yang berlebihan.
Mengurangi pencemaran lingkungan. Kotoran ternak atau feses memiliki bau yang menyengat. Dengan adanya pembuatan pupuk kompos dari kotoran ternak atau feses mampu mengurangi pencemaran lingkungan terutama bau.
Menghilangkan patogen-patogen yang terdapat di dalam feses sehingga lebih aman digunakan untuk memupuk tanaman.
Bagaimana prinsip dan tahapan pengomposan?
Cek postingan berikutnya ya!
Salam Peternakan!
Referensi:
Huda, S., dan W. Wikanta. 2017. Pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik sebagai upaya mendukung usaha peternakan sapi potong di Kelompok Tani Ternak Mandiri Jaya Desa Moropelang Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 1(1): 26-35.
Mangalisu, A., A. K. Armayanti., B. Syamsuryadi., A. H. Fattah., dan Khaeruddin. 2022. Pemanfaatan limbah ternak sapi sebagai pupuk organik untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia. Media Kontak Tani Ternak. 4(1): 14-20.
Ratriyanto, A., S. D. Widyawati., W. P. S. Suprayogi., S. Prastowo., dan N. Widyas. 2019. Pembuatan pupuk organik dari kotoran ternak untuk meningkatkan produksi pertanian. Jurnal Semar. 8(1): 9-13.
Widyasmara L., A. Pertiwiningrum., dan L. M. Yusiati. 2012. Pengaruh jenis kotoran ternak sebagai substrat dengan penambahan serasah daun jati (Tectona grandis) terhadap karakteristik biogas pada proses fermentasi. Buletin Peternakan. 36(1): 40-47.
Komentar
Posting Komentar